Oleh : CHOIRUDIN*
Pendidikan dan Latihan Kader Jurnalistik
Tim Redaksi Majalah Sekolah “KRIDA MANDALA” MAN 2 MADIUN
Madiun, 23 Januari 2012
Media sekolah yang direpresentasikan dalam bentuk majalah sekolah menjadi salah satu tren sekolah saat ini. Hal itu disebabkan, majalah sekolah menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler favorit bagi siswa yang senang dengan dunia kepenulisan. Selain itu,
ternyata majalah sekolah juga bisa dijadikan sebagai media promosi efektif bagi sekolah untuk menunjukkan prestasi dan kabar seputar sekolah diketahui masyarakat luas. Beberapa sekolah telah berhasil mewujudkan eksistensi majalah sekolahnya, namun tak sedikit juga yang baru satu atau dua kali terbit lantas tak terbit lagi. Hal itu tidak lepas dari kemampuan sekolah dalam mengelola eksistensi majalah sekolahnya. Banyak factor yang mempengaruhi eksistensi majalah sekolah. Adanya pengurus redaksi dan sumber dana adalah dua di antara sekian banyak factor tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen yang mumpuni agar eksistensi majalah sekolah bisa bertahan dan menjadi kebangaan bersama.
Berikut beberapa kiat yang akan membantu keberhasilan sebuah majalah sekolah.
1. Membentuk Susunan Redaksi
Majalah sekolah adalah media belajar jurnalistik bagi para siswa. Maka, kepengurusan redaksinya pun lebih baik langsung di tangani oleh siswa. Dengan demikian, siswa akan benar-benar belajar mengelola sebuah majalah. Namun demikian, keterlibatan pihak lain, seperti guru, kepala sekolah, dan warga sekolah yang lain juga mutlak diperlukan. Hal itu akan mempermudah dalam mengatur keberlangsungan sebuah majalah sekolah. Salah satu contoh susunan redaksi sebuah majalah sekolah adalah sebagai berikut:
a. Pelindung : Kepala Sekolah / Kepala Madrasah
Posisi Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah sebagai pelindung menjadi amat penting karena majalah yang akan diterbitkan berada di bawah naungan sekolah. Sedangkan yang bertanggung jawab penuh terhadap sebuah sekolah adalah kepala sekolah. Dengan demikian, posisi pelindung ini merupakan back up bagi redaktur pelaksana untuk menjalankan aktifitas majalah sekolahnya. Sehingga, jika terjadi sesuatu yang berkaitan dengan majalah sekolah, redaktur dapat dibantu langsung oleh pelindung.
b. Pembina : Guru Pembimbing Ektrakurikuler Majalah Sekolah
Fungsi pembimbing adalah memberikan arahan kepada redaktur pelaksana dalam membuat majalah sekolahnya. Pembina harus mampu memotivasi siswa untuk terus berkreasi dengan majalah sekolah. Pembina diharapkan mampu menjembatani dan mewakili siswa dengan lapisan sekolah di atasnya, semisal guru atau kepala sekolah.
c. Pimpinan Umum : Ketua OSIS/OSIM atau Anggota OSIS/OSIM Seksi Bidang yang bersangkutan dengan majalah sekolah
Majalah Sekolah merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan seluruh kegiatan ekstrakurikuler yang ada dalam sebuah sekolah dinaungi oleh OSIS/OSIM. Dengan demikian, adanya Anggota OSIS sebagai pimpinan umum ini akan memudahkan kordinasi antara OSIS dengan Redaktur Majalah Sekolah. OSIS/OSIM harus mampu mendukung keberlangsungan majalah sekolah karena merupakan bagian dari program kerja OSIS. Demikian sebaliknya, redaktur bisa meminta bantuan OSIS/OSIM manakala ada permasalahan yang berkaitan dengan majalah sekolah. Dengan kata lain, majalah sekolah adalah anak dari OSIS/OSIM. Dengan demikian, tidak akan ada gesekan antara pengurus OSIS/OSIM dengan redaktur.
d. Pemimpin Redaksi : Siswa yang berkompeten
Pimred bertanggung jawab penuh atas proses pembuatan majalah sekolah, mulai dari pencarian artikel, penulisan, cetak dsb. Pimred diharapkan mampu mengelola dan membagi tugas degan baik kepada seluruh redaktur pelaksana agar mampu bekerja semaksimal mungkin demi terbitnya majalah sekolah.
e. Wapimred : Siswa yang berkompeten
f. Sekretaris Redaksi : Siswa yang berkompeten
g. Bendahara Redaksi : Siswa yang berkompeten
h. Desain : Siswa yang berkompeten
i. Iklan : Siswa yang berkompeten
j. Rubrik KaMar (Kabar MadRasah) : Siswa yang berkompeten
k. Rubrik Prof.Pil (Profil Pilihan ) : Siswa yang berkompeten
l. Rubrik PuCer (Puisi & Cerpen) : Siswa yang berkompeten
m. Rubrik Tau Isi (Tausyiah Islami) : Siswa yang berkompeten
n. Rubrik Si Tel (Siswa Teladan) : Siswa yang berkompeten
o. Rubrik Bunga (Buat Ngakak) : Siswa yang berkompeten
p. Rubrik KuAh (Kuis Berhadiah) : Siswa yang berkompeten
q. Rubrik dst
Susunan di atas bukanlah tawaran baku, sehingga bisa diubah sesuai dengan kondisi yang ada. Namun demikian, dari susunan di atas bisa kita lihat keterlibatan seluruh lapisan sekolah mulai dari siswa hingga kepala sekolah. Keterlibatan semua pihak ini, akan sangat membantu dalam proses membuat dan menjaga eksistensi majalah sekolah.
Catatan penting dari saya adalah, majalah sekolah adalah produk sekolah bukan produk dari lembaga atau organisasi di luar sekolah. Oleh karena itu, jangan sekali-kali memasukkan sebuah organisasi atau lembaga dari luar sekolah (semisal organisasi kumpulan para penulis, dsb yang cenderung telah memiliki gaya kepenulisan sendiri-sendiri) ke dalam susunan redaksi. Jika hal itu dilakukan maka akan mempengaruhi independensi dan karakter sebuah majalah sekolah.
Namun demikian, bukan berarti kita anti orgnisasi kepenulisan. Kita tetap bisa menjadikan mereka sebagai wadah untuk menimba ilmu tentang dunia kepenulisan. Semisal kita bekerja sama dengan salah satu organisasi kepenulisan untuk rutin tiap satu minggu memberikan materi-materi jurnalistik kepada tim redaktur kita. Sehingga, kita tetap bisa memperoleh ilmu dari mereka namun juga tidak melakukan kesalahan dalam manajemen majalah sekolah.
2. Menentukan Sumber Dana
“Jer basuki mowo beo” segala sesuatu membutuhkan biaya. Istilah tersebut juga pas kita kaitkan dengan pembuatan majalah sekolah. Tanpa adanya dana, maka kita akan kesulitan dalam mewujudkan majalah sekolah yang kita inginkan. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mencari sumberdana potensial yang bisa kita manfaatkan. Berikut beberapa sumber dana yang bisa kita gunakan
a. Hasil Penjualan Kepada Siswa
Salah satu keuntungan dan kemudahan kita membuat majalah sekolah adalah, kita sudah mempunyai pembaca yang jelas bahkan bisa kita pastikan jumlahnya. Hal itu bisa kita lakukan jika kita mampu bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mewajibkan para siswa membeli majalah sekolah. Semisal dibarengkan dengan pembayaran SPP dsb.
Dengan demikian, kita bisa menghitung berapa eksemplar yang harus kita cetak dan berapa nominal rupiah yang akan kita dapatkan. Sehingga kita tidak perlu khawatir majalah kita tidak akan laku dan kita akan rugi.Namun seklai lagi, itu semua harus mendapat persetujuan dari kepala sekolah.
b. Iklan
Sekolah mempunyai bermacam kebutuhan baik untuk para guru, siswa bahkan untuk gedung sekolahnya sendiri. Semisal, seragam guru dan siswa, alat tulis, motor dan mobil, stiker untuk kegiatan, cat sekolah, taman sekolah dll. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan siswa, guru dan sekolah akan banyak toko yang dilibatkan. Semisal, toko kain, toko buku, dealer motor, showroom mobil, toko bangunan, jasa percetakan, dll.
Toko-toko itulah yang bisa kita manfaatkan sebagai salah satu sumber dana kita. Semisal sekolah telah mempunyai kontrak dengan salah satu percetakan, maka kita bisa mengajukan kontrak kerja sama iklan dengan percetakan tersebut. Contoh lain, semisal banyak siswa di sekolah kita yang menggunakan motor pabrikan Yamaha atau Honda, maka kita bisa mengajukan kerja sama dengan salah satu dealer motor tersebut.
c. Kerja sama dengan instansi pemerintahan
Setiap instansi pemerintahan memiliki program masing-masing. Semisal, dinas kesehatan memiliki program kampanye cegah narkoba dan HIV AIDS untuk pelajar dan remaja. Kembali ke “jer basuki mawa bea” setiap program yang dicanangkan tentu juga dibarengi dengan rencana anggaran biaya. Dengan demikian, kita bisa mengajukan program kerja sama kepada dinas kesehatan untuk mengkampanyekan hal tersebut melalui majalah sekolah kita. Sehingga, dinas kesehatan terbantu oleh pemasangan kampanye program mereka di majalah kita dan kita mendapatkan dana dari kerja sama tersebut. Hal yang sama juga bisa kita coba ke instansi lain.
Dengan adanya sumber dana selain dari penjualan kepada siswa, kita akan mendapatkan dana tambahan yang bisa kita gunakan untuk keperluan di luar produksi majalah sekolah. Hal itu bisa dilakukan karena kita telah memiliki dana yang cukup untuk produksi dari hasi penjualan majalah kepada siswa, yang tentunya kita telah mendapatkan untung dari penjualan tersebut. Sehingga, kita bisa menggunakan dana yang ada untuk semisal, rekreasi tim redaksi, pembuatan seragam, mengadakan training jurnalistik, dll.
3. Reward untuk Redaktur dan Pembaca
Sebuah majalah sekolah bisa bertahan manakala redakturnya tetap bekerja dan sebaliknya. Banyak majalah sekolah yang gagal terbit disebabkan oleh redakturnya yang tidak maksimal bekerja. Hal itu bisa muncul, salah satunya disebabkan tidak adanya reward atau penghargaan bagi redaktur baik berupa materi atau lainnya.
Meskipun majalah yang kita buat adalah majalah sekolah yang sifatnya sebagai media belajar, namun seharusnya ada penghargaan atas jerih payah para redaktur. Semisal, setiap artikel yang masuk dari redaktur kita beri imbalan sekian rupiah sebagai ganti payah mereka menulis. Atau kita juga bisa memberikan nuansa baru semisal rekreasi atau out bond dengan dana yang ada. Dengan demikian, redaktur akan mempunyai semangat dan tanggung jawab lebih untuk menerbitkan majalah sekolah.
Hal serupa juga perlu kita terapkan untuk para pembaca. “aku ada karena kau ada” kalimat tersebut layaknya cocok untuk mengambarkan hubungan majalah sekolah dengan para pembaca setianya (siswa). Jika para siswa tak mau lagi membeli dan membaca majalah kita, tentunya kita tidak akan bisa menerbitkan majalah karena sumber dana tidak ada. Dan rasanya tidak mungkin jika kita menjaual majalah kita di luar lingkungan sekolah, karena sifatnya yang lokal sekolah.
Oleh karena itu, perlu adanya reward bagi para pembaca setia demi menjaga semangat mereka untuk membeli dan membaca majalah kita. Semisal kita bisa mengadakan kuis berhadiah, atau kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengisi rubrik di majalah kita dan memberikan imbalan sepantasnya untuk setiap artikel yang masuk. Atau kita bisa mengakan lomba semisal lomba menulis cerpen, lomba menulis puisi, lomba fotografi bagi para pembaca kita. Pemenang dari lomba tersebut berhak mendapatkan hadiah dan karyanya ditampilkan dalam kmajalah edisi berikutnya. Dengan demikian akan ada daya tarik sendiri bagi para pembaca untuk menunggu terbitnya majalah edisi berikutnya.
4. Majalah sekolah bukan surat kabar
Hal lain yang penting untuk di ingat adalah bahwa posisi majalah sekolah adalah sebagai media belajar siswa dan juga media promosi yang efektif bagi sekolah. Sehingga, isinyapun harus mencerminkan kedua hal tersebut. Majalah sekolah cukup memuat hasil olah pena dan kreatifitas siswa serta kabar seputar sekolah yang layak untuk dipromosikan atau disampaiakn kepada masyarakat.
Karena sifatnya yang demikian maka jangan menampilkan artikel atau kabar yang justru membuat citra sekolah menjadi buruk. Semisal, kabar tentang kasus korupsi guru, tawuran pelajar atau kisah tentang hamilnya seorang siswi di luar nikah. Namun kita bisa mengemas kabar tersebut bukan dalam bentuk berita tetapi artikel, mungkin bisa lewat cerpen, puisi atau kajian dari segi agama. Sehingga, majalah kita akan tetap menarik untuk di baca kapanpun (up to date) dan tidak melukai perasaan orang atau pihak lain.
Keempat hal di atas merupakan kiat praktis dalam upaya kita membuat dan menjaga eksistensi majalah sekolah. Untuk kiat lainnya akan saya tambahkan lain waktu dan mungkin juga setelah emndapat saran dari teman-teman semua.
---------------------------Terima kasih ---------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar